Sekolah oh..Sekolah

Akhir-akhir ini aku sering teringat masa-masaku sekolah dulu. Kali ini, aku ingin berbagi cerita pada teman-teman blogger. Beberapa pengalaman tentu menyenangkan dan yang lain membuat saya trauma dengan sekolah, tapi saya tetap tidak beranjak karena tidak ada solusi pendidikan lain yg terpikirkan waktu itu kecuali "sekolah".

TK

Aku gag ingat banyak cerita waktu TK dulu. Kepalaku hanya bisa mengingat TK, kalau lihat selembar foto perpisahan TK dulu. Beberapa nama di foto itu masih kuingat, tapi banyak yang lupa. [ya udah... yang penting pernah TK kan?]

SD

Mungkin cuma di SD saja aku pernah bilang "Hore! besok sekolah!". Aku SD di dua tempat berbeda. 3 tahun di SD XXX dan 3 tahun di SD YYY [sensor bok!]. Selama di SD XXX, aku gag pernah ngerasa itu sekolah. Aku lebih ngerasa kalau SD XXX itu "penjara". Guru di SD XXX gag ada yang kuingat lagi. Tapi aku merasakan hal yang berbeda di SD YYY. SD YYY seperti rumah kedua [ya.. karena waktu itu blom boleh nginap2, jadi "rumah" pas siang aja]. Betah! rasanya lama-lama di sekolah. Alasan pertama, lingkungan sekolah nyaman dan semua itu tak lain dan tak bukan adalah usaha siswa dan beberapa guru. Walau bukan cita-citaku jadi petugas kebersihan, tapi aku pasti senang kalau pas jam-jam kebersihan. Alasan yang lain, karena selalu berbagi makan siang dengan kawan-kawan di sekolah dulu. Dulu sering bawa "bontot" dari rumah dan berbagi dengan kawan-kawan. Bukan makanannya yang penting, tapi kebersamaannya.

Memang tak semua pemandangan yang menyenangkan. Ada juga pengalaman yang tidak menyenangkan tentunya di SD, tapi semua tereliminasi oleh pengalaman-pengalaman menyenangkan. Oh iya! dulu waktu di SD, aku pernah bikin komik murahan 8 episode sama kawanku, Hadi Wibowo. Ceritanya tentang kita berdua dan jadi superhero gitu [wakakak!]. Terbit 1 minggu sekali dan selalu dibagikan gratis bagi peminat. Dikarenakan belom tau teknologi canggih kayak sekarang, komik yg dibagikan semua fotokopian dari masternya.

SMP

Trauma sama sekolah dimulai sejak aku SMP. Walau dengan label SMP yang sama dengan SD dulu, tapi suasana sangat berbeda. Kata-kata orang, kayak menghadapi kehidupan nyata selepas dari SD [he..he.. cem betol aja! tapi anak SMP kan juga manusia]. SMP jadi kian tidak menyenangkan buatku dulu. Berubah jadi nakal tentu imbasnya. Waktu SMP dulu, aku sering berantem. Yang paling ku ingat waktu berantem sama Yudi [yang akhirnya kita jadi kawan akrab] waktu di Monginsidi. Masalah sepele, cuma karena "pandang-pandangan" aja bisa jadi masalah. Terus, mengingat guru-guru "sadis" di SMP dulu, buat aku muak. Semua itu yang membuat aku trauma dengan sekolah. Guru kayak apa coba yang tega "men-cap kaki" pinggul muridnya hingga terpental keluar kelas? Guru kayak apa coba yg tega menghajar muridnya hanya karena hendak mengusir serangga dari kepala sang Guru? Guru kayak apa coba yang tega "mendaratkan" kakinya di kepala siswa? Guru kayak apa coba yang tega menyamakan "kebun binatang" dengan sekolah?. Kami bukan manusia, kami hanya barang titipan dan orang tua selalu membayar untuk tiap jam penitipan.

Di SMP dulu, aku pernah sakit-sakitan. Aku sering terserang sakit kepala kambuhan [yang mungkin adalah migrain]. Aku tidak pernah berniat periksa ke dokter. Hanya minum obat sakit kepala saja. Tenagaku di sekolah kuhabiskan dengan menahan sakit saja dan tak ada lagi yang tersisa untuk belajar.

Tapi SMP, tidak hanya cerita sedih melulu. Ada beberapa kesan baik yang saya terima. Waktu tahun ke-3, saya hanya bisa belajar Biologi saja. Tak ada pelajaran lain yang bisa menggugah hati saya untuk belajar. Walaupun akhirnya saya tidak berkutat dengan Biologi lagi, saya masih ingat hal-hal menyenangkan dulu waktu belajar.

SMA

Mungkin hanya di SMA sajalah aku pernah bilang "Aku muak! dengan yang namanya sekolah". Karena menurutku di SMA dulu adalah waktu-waktu paling memuakkan yang pernah aku rasakan. Memang sebab-sebabnya tak hanya datang dari lingkungan saja, tapi juga dari diri sendiri. Aku tidak pernah menjadi diri sendiri semasa SMA dulu. Selalu ingin seperti orang lain, padahal belum tentu hal itu baik untuk diri.

Aku selalu merasa minder. Minder karena aku sadari ada sesuatu yang salah dengan sekolah ini, tapi tak bisa mengungkapkannya. Tak ada tempat bagiku untuk berkata bahwa ini salah dan kita selalu mengikutinya. Berkata kalau sepertinya lebih baik begini dan begitu. Tak akan ada orang yang mendengarkan ocehan tentang kisah "kepiawaian sang Guru cari doku" [tak akan!]. Tak ada teman-teman yang bisa diajak berdiskusi tentang kegalauanku. Mungkin ada, tapi aku sudah terlanjur tak percaya pada orang. Aku terlanjur beranggapan kalau orang-orang di sekitarku adalah penjilat. Aku terlanjur beranggapan kalau orang-orang tak pernah berniat baik. Kupikir sudah habis niatku.

Aku selalu coba melupakan pikiran-pikiran seperti itu dengan mencari kesibukan lain. Memulai buku harian adalah hal pertama yang ku coba. Mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. Mencoba mengikuti trend-trend yang berkembang, dimana teman-teman selalu ikut di dalamnya. Aku coba rasakan semua dunia yang ada di sekolah. Semuanya hingga kadang-kadang aku merasa gila dan ingin muntah. Saat itulah awal aku berpikir kalau aku ini "mayat hidup yang berjalan". Tubuhku masih berfungsi dengan baik, tapi tidak dengan otakku.

Komentar

  1. hmm... saya iri... saya sulit sekali mengingat masa-masa sekolah, terutama TK dan SD. Foto-foto pada waktu itu adalah barang langka dan kalaupun ada yang saya ingat, itu hanya cuplikan kecil yang tidak menceritakan apa-apa :(
    Masa SMP mulai bisa teringat sedikit karena saya mulai mencatatnya di buku harian, yang kalau dibaca sekarang, kok agak sedikit memalukan ya... :) Hanya masa SMA dan mahasiswa yang masih saya ingat (itupun tidak semua dan butuh upaya keras untuk mengumpulkan serpihan-serpihan ingatan).
    Kayaknya ingatan saya tidak sebagus kamu deh :)
    BTW, dengan pengalaman2 berharga di atas, apa rencana kamu selanjutnya? apakah jadi membenci sekolah; atau punya kiat-kiat bagaimana orang lain bisa menjalani masa sekolah-nya; atau himbauan untuk menolak sekolah; atau apa?

    Saya rasa, ada makna penting dari tulisan di atas, tapi saya kurang pandai memahaminya :(

    BalasHapus
  2. to mbak pratanti:

    sebenarnya saya gag punya maksud memaknai, tapi saya selalu berpikir "apa yang salah dengan masa lalu pendidikan saya?

    Saya mencoba mengkritisi berbagai hal tentang pendidikan. Mulai dari sisi pribadi maupun publik. Saya sering membanding idealisme saya dengan keadaan pendidikan dulu maupun sekarang. Saya suka bereksperimen dengan sistem belajar dan saya sangat suka jika semua orang dapat kesempatan.

    Kalo ada kesempatan mungkin saya bisa bincang-bincang dengan mbak untuk membicarakan hal ini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam Pergantian Tahun & Resolusi