Anak Kami

Dalam blog ini, sekalipun aku belum pernah menulis sesuatu tentang ASI ataupun bayi. Aku juga kaget kenapa bisa nulis tentang ASI. Motivasinya  setelah membaca buku Catatan AyahASI yang direkomendasikan oleh salah seorang kawan yang sudah duluan punya momongan.

Sejak awal kehamilan istriku sampai saat sekarang ini, kami berdua terus rajin mencari informasi mengenai kehamilan, persalinan, perawatan dan pendidikan untuk bayi kami nanti. Salah satunya adalah dengan membaca buku.

Saat pertama kali direkomendasikan, aku enggak yakin bakal tertarik melahap isi buku Catatan AyahASI. Sebab, aku pikir kami sudah punya orang-orang yang lebih berpengalaman di sekitar kami dalam hal-hal yang berhubungan dengan bayi. Namun, ternyata banyak tulisan-tulisan yang mencengangkan (dalam arti positif) dalam buku ini. Ternyata kami banyak enggak tahunya selama ini tentang kehamilan dan bayi. Inisiasi Menyusui Dini (IMD), kolostrum, ASIX, ASIP, MPASI adalah istilah-istilah yang tentu terdengar asing bagi kami. 

26 September 2013 (lahirlah buah hati kami bernama Adifa Naziha Sagala. Kami, layaknya orang yang demam panggung, agak tergopoh-gopoh ketika si kecil baru saja lahir. RS tempat anak kami lahir memang memperbolehkan bayi diberi ASI Ekslusif. Kami pun sepakat Adifa satu ruangan dengan emaknya. Tapi aku sedikit kecewa karena tak ada informasi atau dorongan dari RS pada kami, pun tak ada pula perawat yang menyambangi ketika kami kesulitan. Aku mesti bolak-balik ruang perawat untuk tanyakan bagaiman baiknya. ASI emak Adifa enggak begitu lancar, sementara Adifa nangis terus. Wajar, Emak Adifa agak panik dan aku berusaha menenangkan. Menyusui sambil menahan perih, emangnnya aku bisa? Gitu kataku dalam hati. Sedihnya, perawat bilang pula anak kami nanti bisa kuning karena enggak dapat asupan ASI yang lancar. Alhasil anak kami dipindahkan ke ruangan bayi tersendiri dan dapat sufor 3 hari pertama kelahirannya.

Anakku harus dapat ASI, itu tekadku. Tanpa, bermaksud memaksa aku coba yakinkan istriku bahwa harus coba perah ASI-nya. ASIP-nya aku singgahkan ke ruangan bayi, tapi sayang aku gag bisa pastikan ASIP-nya dikasih atau enggak. Husnudzon sajalah.

Jalan kami untuk tetap memberi Adifa ASI juga enggak terlalu mulus. Saat menginjak umur satu tahun, Adifa sakit dan harus dirawat di RS. Ada yang bilang itu karena Adifa enggak dikasi sufor, jadi asupan gizinya kurang. Adifa memang porsi makannya sedikit sekali, bahkan hingga saat ini. Mudah-mudahan kami enggak kehilangan akal untuk terus rayu Adifa biar makannya lahap. Beberapa kali kami juga konsultasi dengan Dokter Anak, beliau selalu menyarankan untuk memberi sufor. Ya dasar kami memang agak keras kepala, jadi saran dokter itu enggak begitu kami tanggapi.

Adifa sudah 2 tahun, alhamdulillah makannya mulai lahap. Semoga makannya tetap lahap ya nak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam Pergantian Tahun & Resolusi

UPK SMKN 1 PST : Hari Ke - 1